


DI
SUSUN OLEH :
NAMA
: DINDA PUJI LESTARI
KELAS
: XI MIPA. 1
MATA
PELAJARAN : SEJARAH INDONESIA
GURU
PEMBIMBING : Dra.Hj.NUR’AINI.M.Si

HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ini telah disetujui oleh pembimbing dan disahkan oleh,
Kepala Sekolah Menengah Atas 1
Prabumulih Tahun Pelajaran 2014/2015
Prabumulih, 25 Januari 2015.
Pembimbing wali kelas
Dra.Hj.Nur’aini.M.Si Trida Setyorini,S.Pd
NIP : NIP
: 19850714 201001 2 027
Kepala Sekolah Menengah Atas 1
Prabumulih
Maashobirin,S.Pd, M.Si
NIP
: 19960201 198903 1 007
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat-nya serta karunia-nya sehingga
penyusunan tugas ini dapat diselesaikan.
Tugas
ini di susun untuk diajukan sebagai makalah dengan judul “ PERISTIWA RENGAS
DENGKLOK SAMPAI PROKLAMASI KEMERDEKAAN”
Demikianlah
tugas ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas makalah . Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Penyusun menyadari bahwa buku ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penyusun
harap dan nantikan.
Prabumulih, 26 Februari 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................ 1
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 3
DAFTAR ISI..................................................................................................................... 4-5
BAB I PENDAHULUAN
.................................................................................................. 6
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................... 6
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................ 7
1.3 TUJUAN ......................................................................................................... 7
I.4 Metode Penelitian................................................................................. 7
BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................................... 8
2.1
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia................................................................ 8
2.1.1
Peristiwa Rengasdengklok ............................................................ 8-9
2.1.2 Perumusan Naskah Proklamasi..................................................... 10
2.1.3 Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan................................ 11-13
2.1.4
Makna dan Arti Penting Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia ............................................................................................ 13-14
2.2 Penyebaran Berita Proklamasi dan Sikap Rakyat
di Berbagai Daerah 14-16
2.3
Terbentuknya Negara Kesatuan dan Pemerintah Republik Indonesia serta
Kelengkapannya....................................................................................................................................... 16-17
2.4 Hasil-Hasil Sidang PPKI Secara Lengkap......................................................... 18
2.4.1
Pembentukan Komite Nasional................................................. 18
2.4.2 Pembentukan Partai Nasional Indonesia......................... 18-19
2.4.3 Pembentukan Badan Keamanan Rakyat.................................. 19-20
2.5 Dukungan
Daerah terhadap Pembentukan Negara Kesatuan dan Pemerintahan Republik Indonesia
.................................................................................................................... 20-21
1 . Sulawesi Selatan.............................................................................................. 21
2 . Di Bali.................................................................................................................. 21
3 . Gorontalo .......................................................................................................... 21
4 . Rapat Raksasa di Lapangan Ikada........................................................... 21-22
5 . Terjadinya Insiden Bendera di Hotel .................................................... 22
6 . Di Yogyakarta................................................................................................ 22-23
7. Sumatra Selatan................................................................................................ 23
8 . Pertempuran Lima Hari di Semarang......................................................... 23
9 . Di Bandung........................................................................................................ 23
10. Kalimantan...................................................................................................... 23
11. Sulawesi Utara................................................................................................ 24
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 25
3.1
KESIMPULAN ................................................................................................... 25
3.2
KRITIK DAN SARAN ....................................................................................... 35
LAMPIRAN FOTO........................................................................................................ 26-27
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 28
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebelumnya golongan pemuda telah mengadakan suatu perundingan di salah satu lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus. Dalam pertemuan ini diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan disampaikan kepada Ir. Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak oleh Soekarno karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI.
Tahukah kalian, bahwa Indonesia termasuk
sekelompok kecil bangsa yang memperoleh kemerdekaan bukan sebagai pemberian
penjajah, atau sebagai hasil suatu proses damai belaka? Kemerdekaan yang kita
miliki sekarang diraih melalui suatu perjuangan panjang dan berat, dengan titik
puncaknya dikumandangkan Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945.
Proklamasidi tunjukkan kepada
dunia luar bahwa kemerdekaan adalah segala hak segala bangsa yang tidak
bisa digangu gugat oleh siapapun.Konsekuensinya dengan proklamasitersebut, Bangsa Indonesia siap menghadapi segala
kemungkinan nanti yang akanmuncul dan mengancam keberadaan Bangsa
Indonesia sebagai Negara yang Merdeka.Proklamasi merupakan puncak perjuangan
rakyat Indonesia dalam mencapaikemerdekaan.
Proklamasi menjadi alat hukum internasional untuk menyatakan kepadarakyat
dan seluruh dunia, bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam
tangannyasendiri untuk menggengam seluruh hak kemerdekaan.Momentum yang paling
bersejarah bagi suatu bangsa adalah keberhasilannyamelepaskan diri dari
keterkaitan dan penguasaan bangsa lain. Hal ini diwujudkan dengan bentuk
mengumandangkan pernyataan kemerdekaan yang disebar luaskan
keseluruhdunia.Melalui perjalanan yang panjang, Bangsa Indonesia mampu
mempersiapkan diriuntuk mengatur bangsanya sendiri melalui kemerdekaan. Dengan
proklamasi berartiBangsa Indonesia berhasil melepaskan diri dari belenggu
penjajahan bangsa asing,sekaligus berhasil membuat pemerintahan sendiri.
Sejak mendengar berita proklamasi, masyarakat Indonesia menyambutnyadengan rasa gembira.Rakyat meneriakkan pekik
kemerdekaan “Merdeka atau Mati” dan“Sekali Merdeka Tetap Merdeka”. Kegembiraan
rakyat ini terjadi tidak hanya di Jakarta,tetapi sampai juga di luar Jawa
bahkan akhirnya rakyat seluruh Indonesia mengetahuinya.Kemerdekaan yang di peroleh bangsa Indonesia bukan karena
pemberian bangsa lain, akan tetapi merupakan hasil jerih payah sendiri,
berkat kegigihan dan keuletan dalam
menghadapi segala bentuk pemerasan dari penjajah.
1.2 Rumusan masalah
1.
Bagaimana peristiwa
rengasdengklok terjadi ?
2.
Bagaimana proses
perumusan naskah proklamasi?
3.
Bagaimana pelaksanaan
proklamasi kemerdekaan Indonesia ?
4.
Bagaimanacara
penyebaran berita proklamasi?
1.3
TUJUAN
1.
Menganalisis tentang
peristiwa rengasdengklok.
2.
Menganalisis
peristiwa proklamasi dan maknanya bagi kehidupan bangsa.
3.
Merekonstruksi
pemerintahan dan NKRI.
4.
Meneladani perjuangan
para okoh proklamasi.
5.
Mensyukuri nikmat
tuhan YME yang telah memberi karunia kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.
I.4 Metode
Penelitian
Metode
penelitian yang penulis gunakan yaitu metode observasi tidak langsung yaitu
penulis mencari bahan – bahan dalam karya ilmiah ini dari buku dan dari
internet. Jadi, kami hanya menggunakan satu metode saja karena terbatasnya
waktu pengerjaan yang terlalu singkat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
2.1.1 Peristiwa Rengasdengklok
Kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik
semakin jelas dengan dijatuhkannya bom atom oleh Sekutu di kota Hiroshima pada
tanggal 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibat
peristiwa tersebut, kekuatan Jepang makin lemah. Kepastian berita kekalahan
Jepang terjawab ketika tanggal 15 Agustus 1945 dini hari, Sekutu mengumumkan
bahwa Jepang sudah menyerah tanpa syarat dan perang telah berakhir. Berita
tersebut diterima melalui siaran radio di Jakarta oleh para pemuda yang
termasuk orang-orang Menteng Raya 31 seperti Chaerul Saleh, Abubakar Lubis,
Wikana, dan lainnya. Penyerahan Jepang kepada Sekutu menghadapkan para pemimpin
I ndonesia pada masalah yang cukup berat. Indonesia mengalami kekosongan
kekuasaan (vacuum of power). Jepang masih tetap berkuasa atas Indonesia
meskipun telah menyerah, sementara pasukan Sekutu yang akan menggantikan mereka
belum datang. Gunseikan telah mendapat perintah-perintah khusus agar
mempertahankan status quo sampai kedatangan pasukan Sekutu. Adanya kekosongan
kekuasaan menyebabkan munculnya konflik antara golongan muda dan golongan tua
mengenai masalah k emerdekaan Indonesia. Golongan muda menginginkan agar
proklamasi kemerdekaan segera dikumandangkan. Mereka itu antara lain Sukarni,
B.M Diah, Yusuf Kunto, Wikana, Sayuti Melik, Adam Malik, dan Chaerul Saleh.
Sedangkan golongan tua menginginkan prokla masi kemerdekaan harus dirapatkan
dulu dengan anggota PPKI. Mereka adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr.
Ahmad Subardjo, Mr. Moh. Yamin, Dr. Buntaran, Dr. Syamsi dan Mr. Iwa
Kusumasumantri. Golongan muda kemudian mengadakan rapat di salah satu ruangan
Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945
pukul 20.00 WIB. Rapat tersebut dipimpin oleh Chaerul Saleh yang menghasilkan
keputusan tuntutan-tuntutan golongan muda yang menegaskan bahwa kemerdekaan
Indonesia adalah hal dan soal rakyat Indonesia sendiri, tidak dapat
digantungkan kepada bangsa lain. Segala ikatan, hubungan dan janji kemerdekaan
har us diputus, dan sebaliknya perlu mengadakan perundingan dengan Ir. Soekarno
dan Mohammad Hatta agar kelompok pemuda diikutsertakan dalam menyatakan
proklamasi.
Langkah selanjutnya
malam itu juga sekitar jam 22.00 WIB Wikana dan Darwis mewakili kelompok muda
mendesak Soekarnoagar bersedia melaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia
secepatnya lepas dari Jepang. 

Ternyata usaha tersebut gagal. Soekarno tetap
tidak mau memproklamasikan kemerdekaan. Kuatnya pendirian Ir. Soekarno untuk
tidak memproklamasikan kemerdekaan sebelum rapat PPKI menyebabkan golongan muda
berpikir bahwa golongan tua mendapat pengaruh dari Jepang. Selanjutnya golongan
muda mengadakan rapat di Jalan Cikini 71 Jakarta pada pukul 24.00 WIB menjelang
tanggal 16 Agustus 1945. Mereka membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Rapat
tersebut menghasilkan keputusan bahwa Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta harus
diamankan dari pengaruh Jepang.

Tujuan para pemuda
mengamankan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok antara lain:
a. agar kedua tokoh tersebut tidak terpengaruh Jepang, dan
b. mendesak keduanya supaya segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan Jepang.
a. agar kedua tokoh tersebut tidak terpengaruh Jepang, dan
b. mendesak keduanya supaya segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan Jepang.
Pada
tanggal 16 Agustus 1945 pagi, Soekarno dan Hatta tidak dapat ditemukan di
Jakarta. Mereka telah dibawa oleh para pemimpin pemuda, di antaranya Sukarni,
Yusuf Kunto, dan Syudanco Singgih, pada malam harinya ke garnisun PETA (Pembela
Tanah Air) di Rengasdengklok, sebuah kota kecil yang terletak sebelah Utara
Karawang. Pemilihan Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Soekarno Hatta,
didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota PETA Daidan Purwakarta dan
Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak keduanya melakukan latihan bersama.
Secara geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil, sehingga dapat dilakukan
deteksi dengan mudah setiap gerakan tentara Jepang yang menuju Rengasdengklok,
baik dari arah Jakarta, Bandung, atau Jawa Tengah. Mr. Ahmad Subardjo, seorang
tokoh golongan tua merasa prihatin atas kondisi bangsanya dan terpanggil untuk
mengusahakan agar proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan secepat mungkin.
Untuk tercapainya maksud tersebut, Soekarno Hatta harus segera dibawa ke
Jakarta.
Akhirnya
Ahmad Subardjo, Sudiro, dan Yusuf Kunto segera menuju Rengasdengklok. Rombongan
tersebut tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Peranan Ahmad Subardjo sangat
penting dalam peristiwa kembalinya Soekarno Hatta ke Jakarta, sebab mampu
meyakinkan para pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan keesokan
harinya paling lambat pukul 12.00 WIB, nyawanya sebagai jaminan. Akhirnya
Subeno sebagai komandan kompi Peta setempat bersedia melepaskan Soekarno Hatta
ke Jakarta.
Sekitar
pukul 21.00 WIB Soekarno Hatta sudah sampai di Jakarta dan langsung menujuke
rumah Laksamana Muda Maeda, Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta untuk menyusun teks
proklamasi. Dalam kondisi demikian, peran Laksamana Maeda cukup penting.
Pada saat-saat yang genting, Maeda menunjukkan kebesaran moralnya, bahwa
kemerdekaan merupakan aspirasi alamiah dan hak dari setiap bangsa, termasuk
bangsa Indonesia. Berikut ini tokoh-tokoh yang terlibat secara langsung dalam
perumusan teks proklamasi.

Setelah rumusan teks proklamasi
selesai dirumuskan muncul permasalahan, siapa yang akan menandatangani teks
proklamasi? Soekarno mengusulkan agar semua yang hadir dalam rapat tersebut
menandatangani naskah proklamasi sebagai” Wakil-wakil Bangsa Indonesi
a”. Usulan Soekarno tidak disetujui para pemuda sebab sebagian
besar yang hadir adalah anggota PPKI, dan PPKI dianggap sebagai badan bentukan
Jepang. Kemudian Sukarni menyarankan agar Soekarno Hatta yang menandatangani
teks proklamasi atas nama bangsa Indonesia. Saran dan usulan Sukarni
diterima.
Langkah
selanjutnya, Soekarno minta kepada Sayuti Melik untuk mengetik konsep teks
proklamasi dengan beberapa perubahan, kemudian ditandatangani oleh Soekarno
Hatta. Perubahan-perubahan tersebut meliputi:
a. kata “ tempoh” diubah menjadi tempo,
b. wakil-wakil bangsa Indonesia diubah menjadi “Atas nama bangsa Indonesia”, dan
c. tulisan “Djakarta, 17-8-’05“ diubah menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahun ‘05.
a. kata “ tempoh” diubah menjadi tempo,
b. wakil-wakil bangsa Indonesia diubah menjadi “Atas nama bangsa Indonesia”, dan
c. tulisan “Djakarta, 17-8-’05“ diubah menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahun ‘05.
Naskah hasil ketikan Sayuti Melik
merupakan naskah proklamasi yang autentik. Malam itu juga diputuskan
bahwa naskah proklamasi akan dibacakan pukul 10.00 pagi di Lapangan Ikada,
Gambir. Tetapi karena ada kemungkinan timbul bentrokan dengan pasukan Jepang
yang terus berpatroli, akhirnya diubah di kediam an Soekarno, Jl. Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta. Sejak pagi hari tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman
Ir. Soekarno Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta telah diadakan berbagai
persiapan untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Kurang lebih pukul
09.55 WIB, Drs. Mohammad Hatta telah datang dan langsung menemui Ir. Soekarno.
Sebelum proklamasi kemerdekaan dibacakan, pukul 10.00 WIB Soekarno menyampaikan
pidatonya, yang berbunyi:
Demikianlah
teks proklamasi kemerdekaan telah dibacakan oleh Ir. Soekarno. Susunan acara
yang direncanakan dalam pembacaan teks proklamasi kemerdekaan yaitu:
a. pembacaan proklamasi oleh Ir. Soekarno,
b. pengibaran bendera Merah Putih oleh Suhud dan Latief Hendraningrat, dan
c. sambutan Walikota Suwirjo dan dr. Muwardi.
a. pembacaan proklamasi oleh Ir. Soekarno,
b. pengibaran bendera Merah Putih oleh Suhud dan Latief Hendraningrat, dan
c. sambutan Walikota Suwirjo dan dr. Muwardi.
Setelah
dibacakan teks proklamasi, maka telah lahir Republik Indonesia. Suatu peristiwa
yang bersejarah bagi bangsa Indonesia telah terjadi. Peristiwa yang sangat lama
dinantikan oleh segenap lapisan masyarakat, tetapi membutuhkan pengorbanan yang
tidak ternilai harganya. Untuk mengenang jasa-jasa Ir. Soekarno dan Drs. Moh
Hatta dalam peristiwa proklamasi, maka keduanya diberi gelar Pahlawan
Proklamasi (Proklamator). Selain itu Jalan Pegangsaan Timur diubah namanya
menjadi Jalan Proklamasi, dan dibangun Monumen Proklamasi.
2.1.4 Makna dan Arti Penting Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia
Setelah berabad-abad bangsa Indonesia
memperjuangkan kemerdekaan dan dilandasi oleh semangat kebangsaan, dan telah
mengorbankan nyawa maupun harta yang tidak terhitung jumlahnya, maka peristiwa
Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 merupakan titik puncak
perjuangan tersebut. Proklamasi kemerdekaan merupakan peristiwa yang sangat
penting dan memiliki makna yang sangat mendalam bagi bangsa Indonesia.
Berikut ini makna dan arti penting proklamasi
kemerdekaan Indonesia
1) Apabila dilihat dari sudut hukum, proklamasi merupakan pernyataan yang berisi keputusan bangsa Indonesia untuk menetapkan tatanan hukum nasional (Indonesia) dan menghapuskan tatanan hukum kolonial.
2) Apabila dilihat dari sudut politik ideologis, proklamasi merupakan pernyataan bangsa Indonesia yang lepas dari penjajahan dan membentuk Negara Republik Indonesia yang bebas, merdeka, dan berdaulat penuh.
3) Proklamasi merupakan puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.
4) Proklamasi menjadi alat hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh dunia, bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri untuk menggenggam seluruh hak kemerdekaan.
5) Proklamasi merupakan mercusuar yang menunjukkan jalannya sejarah, pemberi inspirasi, dan motivasi dalam perjalanan bangsa Indonesia di semua lapangan di setiap keadaan.
1) Apabila dilihat dari sudut hukum, proklamasi merupakan pernyataan yang berisi keputusan bangsa Indonesia untuk menetapkan tatanan hukum nasional (Indonesia) dan menghapuskan tatanan hukum kolonial.
2) Apabila dilihat dari sudut politik ideologis, proklamasi merupakan pernyataan bangsa Indonesia yang lepas dari penjajahan dan membentuk Negara Republik Indonesia yang bebas, merdeka, dan berdaulat penuh.
3) Proklamasi merupakan puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.
4) Proklamasi menjadi alat hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh dunia, bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri untuk menggenggam seluruh hak kemerdekaan.
5) Proklamasi merupakan mercusuar yang menunjukkan jalannya sejarah, pemberi inspirasi, dan motivasi dalam perjalanan bangsa Indonesia di semua lapangan di setiap keadaan.
Dengan proklamasi kemerdekaan
tersebut, maka bangsa Indonesia telah lahir sebagai bangsa dan negara yang merdeka, baik secara de
facto maupun secara de jure.
2.2 Penyebaran Berita Proklamasi dan Sikap Rakyat
di Berbagai Daerah
Wilayah
Indonesia sangatlah luas. Komunikasi dan transportasi sekitar tahun 1945 masih
sangat terbatas. Di samping itu, hambatan dan larangan untuk menyebarkan berita
proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia, merupakan sejumlah faktor yang
menyebabkan berita proklamasi mengalami keterlambatan di sejumlah daerah,
terutama di luar Jawa. Namun dengan penuh tekad dan semangat berjuang, pada
akhirnya peristiwa proklamasi diketahui oleh segenap rakyat Indonesia. Lebih
jelasnya ikuti pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945 di daerah Jakarta dapat dilakukan secara cepat dan segera menyebar
secara luas. Pada hari itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala
Bagian Radio dari Kantor Domei, Waidan B. Palenewen. Ia menerima teks
proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian ia
memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), supaya berita proklamasi disiarkan
tiga kali berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz melaksanakan tugasnya, masuklah
orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, sebab mengetahui berita
proklamasi telah tersiar ke luar melalui udara.
Meskipun orang Jepang tersebut
memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi, tetapi Waidan Palenewen
tetap meminta F. Wuz untuk terus menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan
diulangi setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti. Akibat
dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk
meralat berita dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945
pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk.
Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para pemuda bersama Jusuf
Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata membuat
pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, di antaranya Sukarman, Sutamto,
Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng
31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah selanjutnya berita proklamasi
kemerdekaan disiarkan.
Usaha dan perjuangan para pemuda
dalam penyebarluasan berita proklamasi juga dilakukan melalui media pers dan
surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20
Agustus 1945 memuat berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran
pertama yang memuat berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang
melalui media pers antara lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang.
Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan kepada rakyat Indonesia melalui
pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong
kereta api, misalnya dengan slogan ”Respect our Constitution, August 17!”
Hormatilah Konstitusi kami tanggal 17 Agustus! Melalui berbagai cara dan media
tersebut, akhirnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas
di wilayah Indonesia dan di luar negeri. Di samping melalui media massa, berita
proklamasi juga disebarkan secara langsung oleh para utusan daerah yang
menghadiri sidang PPKI.
Berikut
ini para utusan PPKI yang ikut menyebarkan berita proklamasi.
1. Teuku Mohammad Hassan dari Aceh.
1. Teuku Mohammad Hassan dari Aceh.

2. Sam Ratulangi dari Sulawesi.

3. Ktut Pudja dari Sunda Kecil (Bali).

4. A. A. Hamidan dari Kalimantan.

2.3 Terbentuknya
Negara Kesatuan dan Pemerintah Republik Indonesia serta Kelengkapannya
Negara RI yang dilahirkan pada
tanggal 17 Agustus 1945 pada kenyataannya belum sempurna sebagai suatu negara.
Oleh karena itu langkah yang diambil oleh para pemimpin negara melalui PPKI
adalah menyusun konstitusi negara dan membentuk alat kelengkapan negara. Untuk
itu PPKI mengadakan sidang sebanyak tiga kali yaitu pada tanggal 18 Agustus
1945, 19 Agustus 1945, dan 22 Agustus 1945. Sebelum rapat dimulai, muncul
permasalahan yang disampaikan oleh wakil dari luar Jawa, di antaranya Mr.
Latuharhary (Maluku), Dr. Sam Ratulangi (Sulawesi), Mr. Tadjudin Noor dan Ir.
Pangeran Noor (Kalimantan), dan Mr. I Ktut Pudja (Nusa Tenggara) yang
menyampaikan keresahan penduduk non-Islam mengenai kalimat dalam Piagam Jakarta
yang nantinya akan dijadikan rancangan pembukaan dan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Kalimat yang dimaksud adalah “Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariah Islam bagi para pemeluknya”, serta “syarat seorang kepala
negara haruslah seorang muslim”. Untuk mengatasi masalah tersebut Drs. Mohammad
Hatta beserta Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasyim, Mr. Kasman
Singadimedjo, dan Mr. Teuku Mohammad Hassan membicarakannya secara khusus.
Akhirnya dengan mempertimbangkan kepentingan yang lebih luas dan menegakkan
Negara Republik Indonesia yang baru saja didirikan, rumusan kalimat yang
dirasakan memberatkan oleh kelompok non-Islam dihapus sehingga menjadi berbunyi
“ Ketuhanan Yang Maha Esa” dan syarat seorang kepala negara adalah orang
Indonesia asli. Untuk memahami hasil sidang secara lengkap, maka perhatikan
tabel 11.2 berikut.
2.4 Hasil-Hasil
Sidang PPKI Secara Lengkap
2.4.1 Pembentukan Komite Nasional
Sebagai tindak lanjut dari sidang PPKI tanggal 22
Agustus 1945 maka dibentuklah Komite Nasional Indonesia (KNI). Komite Nasional
Indonesia adalah badan yang akan berfungsi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) sebelum diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu). KNIP diketuai oleh Mr.
Kasman Singodimejo. Anggota KNIP dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945. Tugas
pertama KNIP adalah membantu tugas kepresidenan. Namun, kemudian diperluas
tidak hanya sebagai penasihat presiden, tetapi juga mempunyai kewenangan legislatif.
Wewenang KNIP sebagai DPR ditetapkan dalam rapat KNIP tanggal 16 Oktober 1945.
Dalam rapat tersebut, wakil presiden Drs. Moh. Hatta mengeluarkan Maklumat Pemerintah RI No. X yang
isinya meliputi hal-hal berikut.
a. KNIP sebelum DPR/MPR terbentuk diserahi kekuasaan
legislatif untuk membuat undang-undang dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN).
b. Berhubung gentingnya keadaan, maka pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir. Komite Nasional Indonesia disusun dari tingkat pusat sampai daerah. Pada tingkat pusat disebut Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan pada tingkat daerah yang disusun sampai tingkat kawedanan disebut Komite Nasional Indonesia.
b. Berhubung gentingnya keadaan, maka pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir. Komite Nasional Indonesia disusun dari tingkat pusat sampai daerah. Pada tingkat pusat disebut Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan pada tingkat daerah yang disusun sampai tingkat kawedanan disebut Komite Nasional Indonesia.
2.4.2 Pembentukan Partai Nasional Indonesia
Pada tanggal 22 Agustus 1945
PPKI bersidang untuk yang ketiga kalinya dan menghasilkan keputusan antara lain
pembentukan Partai Nasional Indonesia, yang pada waktu itu dimaksudkan sebagai
satu-satunya partai politik di Indonesia (partai tunggal). Dalam
perkembangannya muncul Maklumat tanggal 31 Agustus 1945 yang memutuskan bahwa
gerakan dan persiapan Partai Nasional Indonesia ditunda dan segala kegiatan
dicurahkan ke dalam Komite Nasional. Sejak saat itu, gagasan satu partai tidak
pernah dihidupkan lagi. Demi kelangsungan kehidupan demokrasi, maka KNIP
mengajukan usul kepada pemerintah agar rakyat diberikan kesempatan
seluas-luasnya untuk mendirikan partai politik. Sebagai tanggapan atas usul
tersebut, maka pada tanggal 3 November 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat
pemerintah yang pada intinya berisi memberikan kesempatan kepada rakyat untuk
mendirikan partai politik. Maklumat itu kemudian dikenal dengan Maklumat
Pemerintah tanggal 3 November 1945. Partai politik yang muncul setelah Maklumat
Pemerintah tanggal 3 November 1945 dikeluarkan antara lain Masyumi, Partai
Komunis Indonesia, Partai Buruh Indonesia, Parkindo, Partai Rakyat Jelata,
Partai Sosialis Indonesia, Partai Rakyat Sosialis, Partai Katolik, Permai, dan
PNI.
2.4.3 Pembentukan Badan Keamanan Rakyat
Badan
Keamanan Rakyat (BKR) ditetapkan sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga
Korban Perang (BPKKP), yang merupakan induk organisasi yang ditujukan untuk
memelihara keselamatan masyarakat. BKR tugasnya sebagai penjaga keamanan umum
di daerah-daerah di bawah koordinasi KNI Daerah. Para pemuda bekas anggota
Peta, KNIL, dan Heiho segera membentuk BKR di daerah sebagai wadah
perjuangannya. Khusus di Jakarta dibentuk BKR Pusat untuk mengoordinasi dan
mengendalikan BKR di bawah pimpinan Kaprawi. Sementara BKR Jawa Timur dipimpin
Drg. Moestopo, BKR Jawa Tengah dipimpin Soedirman, dan BKR Jawa Barat dipimpin
Arudji Kartawinata. Pemerintah belum membentuk tentara yang bersifat nasional
karena pertimbangan politik, mengingat pembentukan tentara yang bersifat
nasional akan mengundang sikap permusuhan dari Sekutu dan Jepang. Menurut
perhitungan, kekuatan nasional belum mampu menghadapi gabungan Sekutu dan
Jepang. Sementara itu para pemuda yang kurang setuju pembentukan BKR dan
menghendaki pembentukan tentara nasional, membentuk badan-badan perjuangan atau
laskar bersenjata. Badan perjuangan tersebut misalnya Angkatan Pemuda Indonesia
(API), Pemuda Republik Indonesia (PRI), Barisan Pemuda Indonesia (BPI), dan
lainnya. Selain itu para pemuda yang dipelopori oleh Adam Malik membentuk Komite
van Actie.
Pada tanggal 5 Oktober 1945 dikeluarkan Maklumat
Pemerintah yang menyatakan berdirinya Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Sebagai pimpinan TKR ditunjuk Supriyadi. Berdasarkan maklumat pemerintah
tersebut, maka segera dibentuk Markas Tertinggi TKR oleh Oerip Soemohardjo yang
berkedudukan di Yogyakarta. Di Pulau Jawa terbentuk 10 Divisi dan di Sumatra 6
Divisi. Berkembangnya kekuatan pertahanan dan keamanan yang begitu cepat
memerlukan satu pimpinan yang kuat dan berwibawa untuk mengatasi segala
persoalan akibat perkembangan tersebut. Supriyadi yang ditunjuk sebagai
pemimpin tertinggi TKR ternyata tidak pernah muncul. Pada bulan
November
1945 atas prakarsa dari markas tertinggi TKR diadakan pemilihan pemimpin
tertinggi TKR yang baru. Yang terpilih adalah Kolonel Soedirman, Komandan
Divisi V/Banyumas. Sebulan kemudian pada tanggal 18 Desember 1945, Soedirman
dilantik sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat jenderal.
Oerip Soemohardjo tetap menduduki jabatan lamanya
sebagai Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat Letnan Jenderal (Letjen).
Terpilihnya Soedirman merupakan titik tolak perkembangan organisasi kekuatan
pertahanan keamanan. Pada bulan Januari 1946, TKR berubah menjadi Tentara
Rakyat Indonesia (TRI). Pada bulan Juni 1947 nama TRI berubah menjadi Tentara
Nasional Indonesia (TNI). Sampai dengan pertengahan 1947, bangsa Indonesia
telah berhasil menyusun, mengonsolidasikan dan sekaligus mengintegrasikan alat
pertahanan dan keamanan. TNI bukanlah semata-mata alat negara atau pemerintah,
melainkan alat rakyat, alat “revolusi” dan alat bangsa
Indonesia.
Indonesia.
2.5 Dukungan Daerah
terhadap Pembentukan Negara Kesatuan dan Pemerintahan Republik Indonesia
Kemerdekaan
yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 ternyata mendapat sambutan yang
luar biasa di berbagai daerah, baik di Jawa maupun luar Jawa. Berikut ini
dukungan terhadap pembentukan Negara Republik Indonesia.
1. Di Sulawesi Selatan, Raja Bone (Arumpone) La
Mappanjuki, yang masih tetap ingat akan pertempuran-pertempuran melawan Belanda
pada awal abad XX, menyatakan dukungannya terhadap Negara Kesatuan dan
Pemerintahan Republik Indonesia. Mayoritas raja-raja suku Makasar dan Bugis
mengikuti jejak Raja Bone mengakui kekuasaan Dr. Sam Ratulangie yang ditunjuk
pemerintah sebagai Gubernur Republik di Sulawesi.
2. Raja-raja Bali juga mengakui kekuasaan Republik.
3. Empat raja di Jawa Tengah (Mangkunegaran, Kasunanan Surakarta, Kasultanan, dan Paku Alaman Yogyakarta) menyatakan dukungan mereka kepada Republik Indonesia pada awal September 1945.
2. Raja-raja Bali juga mengakui kekuasaan Republik.
3. Empat raja di Jawa Tengah (Mangkunegaran, Kasunanan Surakarta, Kasultanan, dan Paku Alaman Yogyakarta) menyatakan dukungan mereka kepada Republik Indonesia pada awal September 1945.
Dukungan yang sangat penting
ditunjukkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dari Kasultanan Yogyakarta yang
nampak dalam pernyataannya tanggal 5 September 1945. Dalam pernyataan tersebut
Sri Sultan Hamengku Buwono IX menegaskan bahwa Negeri Ngayogyokarto Hadiningrat
yang bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam Negara Republik Indonesia.
Pernyataan tersebut merupakan suatu keputusan yang cukup berani dan bijak di
dalam negara kerajaan yang berdaulat. Sesuai dengan konsep negara kesatuan yang
dianut Indonesia, tidak akan ada negara di dalam negara. Kalau hal tersebut
terjadi akan memudahkan bangsa asing mengadu domba. Dukungan terhadap negara
kesatuan dan pemerintah Republik Indonesia juga datang dari rakyat dan pemuda.
Berikut ini beberapa peristiwa sebagai wujud dukungan rakyat secara spontan
terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
1 . Sulawesi Selatan
Pada tanggal 19 Agustus 1945,
rombongan Dr. Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi, mendarat di Sapiria, Bulukumba.
Setelah sampai di Ujungpandang, gubernur segera membentuk pemerintahan daerah.
Mr. Andi Zainal Abidin diangkat sebagai Sekretaris Daerah. Tindakan gubernur
oleh para pemuda dianggap terlalu berhatihati, kemudian para pemuda
mengorganisasi diri dan merencanakan merebut gedung-gedung vital seperti studio
radio dan tangsi polisi. Kelompok pemuda tersebut terdiri dari kelompok Barisan
Berani Mati (Bo-ei Taishin), bekas kaigun heiho dan pelajar SMP. Pada tanggal
28 Oktober 1945 mereka bergerak menuju sasaran. Akibat peristiwa tersebut,
pasukan Australia yang telah ada bergerak dan melucuti mereka. Sejak peristiwa
tersebut gerakan pemuda dipindahkan dari Ujungpandang ke Polombangkeng.
2 . Di Bali
Para pemuda Bali telah membentuk
berbagai organisasi pemuda, seperti AMI, Pemuda Republik Indonesia (PRI) pada
akhir Agustus 1945. Mereka berusaha untuk menegakkan Republik Indonesia melalui
perundingan tetapi mendapat hambatan dari pasukan Jepang. Pada tanggal 13
Desember 1945 mereka melakukan gerakan serentak untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang, meskipun
gerakan ini gagal.
3 . Gorontalo
Pada tanggal 13 September 1945 di
Gorontalo terjadi perebutan senjata terhadap markas-markas Jepang. Kedaulatan
Republik Indonesia berhasil ditegakkan dan para pemimpin Republik menolak
ajakan untuk berunding dengan pasukan pendudukan Australia.
4 . Rapat Raksasa di
Lapangan Ikada
Rapat Raksasa dilaksanakan di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta)
tanggal 19 September 1945. Sekitar 200.000 orang hadir dalam pertemuan
tersebut. Pada peristiwa ini, kekuatan Jepang, termasuk tank-tank, berjaga-jaga
dengan mengelilingi rapat umum tersebut. Rapat Ikada dihadiri oleh Presiden
Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta serta sejumlah menteri. Untuk
menghindari terjadinya pertumpahan darah, Presiden Soekarno menyampaikan pidato
yang intinya berisi permintaan agar rakyat memberi kepercayaan dan dukungan
kepada pemerintah RI, mematuhi perintahnya dan tunduk kepada disiplin. Setelah
itu Presiden Soekarno meminta rakyat yang hadir bubar dan tenang.
5 . Terjadinya
Insiden Bendera di Hotel
Insiden ini terjadi pada tanggal 19
September 1945, ketika orang-orang Belanda bekas tawanan Jepang menduduki
Hotel Yamato, dengan dibantu segerombolan pasukan Serikat. Orang-orang Belanda
tersebut mengibarkan bendera mereka di puncak Hotel Yamato. Hal tersebut
memancing kemarahan para pemuda. Hotel tersebut diserbu para pemuda, setelah
permintaan Residen Sudirman untuk menurunkan bendera Belanda ditolak penghuni
hotel. Bentrokan tidak dapat dihindarkan. Beberapa pemuda berhasil memanjat
atap hotel serta menurunkan bendera Belanda yang berkibar di atasnya. Mereka
merobek warna birunya dan mengibarkan kembali sebagai Merah Putih.
6 . Di Yogyakarta
Di
Yogyakarta perebutan kekuasaan secara serentak dimulai tanggal 26 September
1945. Sejak pukul 10 pagi semua pegawai instansi pemerintah dan perusahaan yang
dikuasai Jepang melaksanakan aksi mogok. Mereka memaksa agar orang-orang Jepang
menyerahkan aset dan kantornya kepada orang Indonesia. Tanggal 27 September
1945 Komite Nasional Indonesia Daerah Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan di
daerah tersebut telah berada di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada hari
itu juga di Yogyakarta diterbitkan surat kabar Kedaulatan Rakyat.
7. Sumatra Selatan
Dukungan dan perebutan kekuasaan terjadi di Sumatra
Selatan pada tanggal 8 Oktober 1945, ketika Residen Sumatra Selatan dr. A.K.
Gani bersama seluruh pegawai Gunseibu dalam suatu upacara menaikkan bendera
Merah Putih. Setelah upacara selesai, para pegawai kembali ke kantornya
masing-masing. Pada hari itu juga diumumkan bahwa di seluruh Karesidenan
Palembang hanya ada satu kekuasaan yakni kekuasaan Republik Indonesia. Perebutan
kekuasaan di Palembang berlangsung tanpa insiden, sebab orang-orang Jepang telah menghindar ketika terjadi
demonstrasi.
8 . Pertempuran Lima
Hari di Semarang
Peristiwa ini terjadi
di Semarang pada tanggal 15 – 20 Oktober 1945. Peristiwa
itu berawal ketika 400 orang veteran AL Jepang yang akan dipekerjakan untuk
mengubah pabrik gula Cepiring menjadi pabrik senjata memberontak ketika akan
dipindahkan ke Semarang. Tawanan-tawanan tersebut menyerang polisi Indonesia
yang mengawal mereka. Situasi bertambah hangat dengan meluasnya desas-desus
bahwa cadangan air minum di desa Candi telah diracuni. Dr. Karyadi yang
meneliti cadangan air minum tersebut meninggal ditembak oleh Jepang.
Pertempuran mulai pecah dini hari tanggal 15 Oktober 1945 di Simpang Lima. Pertempuran
berlangsung lima hari dan baru berhenti setelah pimpinan TKR berunding dengan
pimpinan pasukan Jepang. Usaha perdamaian dipercepat dengan mendaratnya pasukan
Sekutu di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 yang kemudian menawan dan
melucuti senjata tentara Jepang. Untuk mengenang keberanian para pemuda
Semarang dalam pertempuran tersebut, maka dibangunlah Tugu Muda yang terletak
di kawasan Simpang Lima, Semarang.
9 . Di Bandung
Pertempuran diawali dengan usaha para pemuda untuk
merebut pangkalan Udara Andir dan pabrik senjata bekas ACW (Artillerie
Constructie Winkel, sekarang Pindad). Usaha tersebut berlangsung sampai
datangnya pasukan Sekutu di Bandung tanggal 17 Oktober 1945.
10. Kalimantan
Di beberapa kota di Kalimantan mulai timbul gerakan yang
mendukung proklamasi. Akibatnya tentara Australia yang sudah mendarat atas nama
Sekutu mengeluarkan ultimatum melarang semua aktivitas politik, seperti
demonstrasi dan mengibarkan bendera Merah Putih, memakai lencana Merah Putih
dan mengadakan rapat. Namun kaum nasionalis tidak menghiraukannya. Di
Balikpapan tanggal 14 November 1945, tidak kurang 8.000 orang berkumpul di
depan komplek NICA sambil membawa bendera Merah Putih.
11. Sulawesi Utara
Usaha menegakkan kedaulatan di Sulawesi Utara tidak
padam, meskipun tentara NICA telah menguasai wilayah tersebut. Pada tanggal 14
Februari 1946, para pemuda Indonesia anggota KNIL tergabung dalam Pasukan
Pemuda Indonesia (PPI) mengadakan gerakan di Tangsi Putih dan Tangsi Hitam di
Teling, Manado. Mereka membebaskan tawanan yang mendukung Republik Indonesia
antara lain Taulu, Wuisan, Sumanti, G.A. Maengkom, Kusno Dhanupojo, dan G.E.
Duhan. Di sisi lain mereka juga menahan Komandan Garnisun Manado dan semua
pasukan Belanda di Teling dan penjara Manado. Dengan diawali peristiwa tersebut
para pemuda menguasai markas Belanda di Tomohon dan Tondano. Berita tentang
perebutan kekuasaan tersebut dikirim ke pemerintah pusat yang saat itu di
Yogyakarta dan mengeluarkan Maklumat No. 1 yang ditandatangani oleh Ch.Ch.
Taulu. Pemerintah sipil dibentuk tanggal 16 Februari 1946 dan sebagai residen
dipilih B.W. Lapian.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian bahasan “ Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia “ dapat disimpulkan bahwa :
- Peranan Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan seluruh bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan sangat penting sebagai bagian dari sejarah bangsa ini.
- Semua nilai-nilai yang terkandung dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik ini harus di maknai dan diwariskan kepada generasi penerus.
- Jadikan Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia sebagai penguat rasa nasionalisme dalam jati diri bangsa.
3.2 KRITIK
Kritikan saya tujukan kepada
masyarakat Indonesia yang tidak bisa menghargai perjuangan Pahlawan, itu
tercermin dari bagaimana mereka seenaknya berbuat berbagai kerusuhan, tindak
Korupsi, dan pembodohan bangsa
3.3 SARAN
Saya Menyarankan kepada Pemimpin
negeri ini untuk selalu menanamkan nilai-nilai kepahlawanan dalam semua aspek
pendidikan di Indonesia, serta melakukan kajian-kajian tentang pembenahan
sistem yang ada sekarang agar Indonesia kedepannya menjadi lebih baik. Tentu
hal ini tidak boleh lepas dari nilai-nilai sejarah bangsa Indonesia yang
berbudi luhur
LAMPIRAN FOTO

2.


3. Naskah baru setelah mengalami perubahan
4.
Dikibarkannya bendera Indonesia pada 17 Agustus
1945.
5.
Ir. Soekarno membacakan teks Naskah "Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia" yang sudah diketik
oleh Mohamad Ibnu Sayuti
Melik dan telah
ditandatangani oleh Soekarno-Hatta
DAFTAR PUSTAKA
Spoiler for
kediaman Laksamana Tadashi Maeda:
Teuku
Muhammad Hasan
Nama :
Gerungan Saul Samuel Jacob Ratu Langi Lahir : 5 Nopember 1890 di Tondano,
Sulawesi Utara Meninggal : 30 Juni 1949 di Jakarta
Ia diangkat
oleh Kapten Kanamura dari Angkatan Darat Jepang untuk menjalankan kegiatan
pemerintahan karesidenan di Singaraja dengan jabatan semacam residen.
A.A.
Hamidhan dan istrinya, Fauziah. Haji Anang Abdul ...
Buku Paket Siswa Kelas XI SEJARAH
WAJIB
Kurikulum
2013. Dikeluarkan oleh Kementrian Republik Indonsia Cetakan 1 tahun 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar